Jumat, 19 November 2010

FRIEND IN THE WALL


Aku baru pindah ke pemukiman yang padat. Ketika aku sedang berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan musik, tiba-tiba terdengar suara seseorang. Aku bingung darimana asal suara tersebut. Ku cari-cari asal suara itu. Ternyata dari balik kalender yang dipasang di tembok sebelah lemariku. Ku buka kalender tersebut. Betapa terkejutnya aku.
“waaaa........” teriakku. Aku kaget, ternyata di balik kalender itu terdapat seorang anak perempuan yang kusam.
“tenang, aku gak akan nyakitin kamu.” ucap anak itu.
“kenapa lu bisa dibalik tembok kamar gua?” tanyaku.
“daridulu aku memang sudah disini. Pemilik rumah yang dulu itu sahabat baikku. Namun sekarang dia pergi, pergi ninggalin aku.” jelas anak itu.
“Hah? Daridulu?” tanyaku heran.
“iya. Oh ya, namaku Yuni. Nama kamu siapa?” tanya anak itu atau Yuni.
“gua Rina. Kenapa lu gak keluar aja sih. Gak usah nongolin diri dari tembok.” omelku.
“Aku gak bisa keluar. Dari kecil aku udah dikurung di gudang ini. Katanya Ibu malu punya anak kaya aku.” jelas Yuni.
“malu kenapa? Lu gak kenapa-kenapa kan?” tanyaku penasaran.
“kamu gak liat ya. Tangan kiriku cacat. Kata Ibu, aku itu gak berguna.” Jelas Yuni lagi.
“gak bisa gitu dong. Bagaimanapun lu tetap anak dari orang tuaku. Gua akan bantuin lu supaya lolos dari situ.” ucapku.
“gak usah. Aku baik-baik aja kok disini.” tolak Yuni.
“gak bisa, ini namanya KDRT.” ucapku.
“sahabatku yang sebelumnya juga ngomong kaya gitu, tapi aku gak mau dikeluarin dari sini. Aku takut sam Ibu.” jelas Yuni.
“kenapa lu harus takut? Gua akan ngelindungi lu kok.” ucapku.
“aku mohon jangan. Kamu juga jangan kasih tahu yang lain kalau aku ada disini.” ucap Yuni. Tiba-tiba mamaku datang memanggilku untuk makan malam.
“rin, cepat makan.” ajak mamaku.
“iya ma bentar.” ucapku. “bentar ya, gua tinggal dulu.” ucapku ke Yuni. Yuni hanya bisa memperlihatkan senyum manisnya ke aku. Aku tidak makan bersama dengan yang lain, aku meminta izin ke mama dan papa untuk makan di kamar. Porsi makan yang ku ambil juga tidak seperti biasa. Aku sengaja melebihkan porsinya, aku khawatir takut Yuni belum makan.
“lu udah makan belum?” tanyaku.
“gak usah kok. Nanti juga Ibu nganterin makanan untuk aku.” jelas Yuni.
“Udah ini makan aja. Gua sengaja ngambil lebih banyak.” jelasku.
“gak usah. Makasih rin.” tolak Yuni.
“udah makan aja. Kalo gak gua marah deh.” paksaku.
“yauda deh.” ucap Yuni. Akhirnya aku dan Yuni makan sepiring berdua. Yuni menelan makanannya dengan lahap seperti tidak pernah makan satu tahun. Setelah selesai makan, aku mengembalikan piring ke tempat semulanya. Setelah itu aku kembali ngobrol dengan Yuni.
“kenapa lu bisa tahu ada orang disini?” tanyaku.
“tadi aku denger suara musik, terus aku ngintip, ternyata ada kamu. Aku kesepian banget waktu sahabatku pindah, karena cukup lama juga rumah ini gak ditempatin.” jelas Yuni.
“ohh. Lu berapa lama dikurung disini?” tanyaku.
“kayanya dari aku umur dua tahun deh. Enak ya punya orang tua kaya orang tua kamu.” ucap Yuni.
“eh sorry. Gua gak bermaksud nyinggung.” ucapku.
“gak kok.” ucap Yuni.
Hari demi hari aku berteman dengan Yuni. Sebenarnya aku kasihan dengan Yuni. Namun apa boleh buat. Yuni sendiri yang tidak ingin orang lain tahu. Akhirnya tanpa sepengetahuan Yuni, aku bercerita ke mama. Mama penasaran dengan ceritaku. Akhirnya mama mengecek keadaan di kamarku sendiri. Mama percaya yang aku ceritakan. Tanpa fikir panjang, mama langsung menelopon polisi. Gak lama kemudian polisi datang menggerebek rumah Yuni.Kedua orang tua Yuni ditangkap dengan bukti yang jelas.
“tolong jangan tahan saya pak.” mohopn Ibunya Yuni.
“ikut saya dulu.” Ucap pak polisi.
Ketika kedua orang tua Yuni ditangkap, sempat ada kekhawatiran di raut wajah Yuni. Akhirnya aku berhasil meyakinkan Yuni. Sekarang Yuni terbebas dari segala penyiksaan orang tuanya dan akhirnya Yuni diangkat sebagai anak angkat oleh orang tuaku. Aku senang sekali, karena anggota keluargaku bertambah satu. Memang hidup ini tidak selalu enak, pasti ada perjuangan untuk mencapai yang kita inginkan.

_TAMAT_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong hanya untuk hal-hal yang penting