Jumat, 19 November 2010

TRIPLE "R"


Cerpen ini bercerita tentang petualangan anak kembar dan kakaknya menghadapi sekelompok Harimau. Riki dan Raka, sapa kedua anak kembar tersebut. Kakak mereka bernama Rika. Rika dan Riki sangatlah akrab, namun tidak demikian dengan Raka. Rika menganggap Raka itu adik yang sok tahu, yang nggak mau diatur, dan sok pemberani, oleh karena itu, Rika nggak begitu senang dengan kehadiran Raka. Kalau kepribadian Riki sangat bertolak belakang dengan Raka, walaupun mereka kembar. Riki anak yang penurut mudah diatur dan yang penting Riki tuh nggak sok tau, karena itu Rika lebih nyaman punya adik kaya Riki (nggak patut dicontoh).
Malam ini keluarga Afflyansyah baru pindah ke rumah barunya yang rada jauh dengan perkotaan. Karena pindahnya malam, suasananya sepi banget, dingin serasa menusuk sampai ke jantung, karena di sekitar rumahnya masih banyak pohon-pohon besar.
"cepet masuk." ucap Rika sambil menarik tangannya Raka keluar mobil.
"argh.. Mama aja belum manggil gua." ucap Raka melepaskan tarikannya Rika.
"bodo ahh." ucap Rika meninggalkan Raka yang sendirian diluar.
"Raka cepet masuk nak, sekalian ambil barang-barangmu di bagasi." ucap mamanya.
"iya." teriak Raka. Dengan malasnya Raka mengeluarkan barang-barangnya dari dalam bagasi mobil. Rakapun memukul belakang mobilnya dengan sebatang kayu. Itu memang kebiasaannya. Setiap kali Raka kesal, dia selalu memukul benda disekelilingnya. Saat ingin memasuki rumah, Raka mendengar suara aneh di dekat mobilnya. Akhirnya Raka mendekati mobilnya kembali. Lantas, tak ada apapun di dalam maupun di sekitar mobilnya. Seketika, Raka langsung lari ngibrit ke dalam rumah barunya.
"ma..ma.." panggil Raka.
"kenapa Raka..?" tanya mamanya.
"kamar Raka dimana..?" tanya Raka.
"sama Riki." jawab mamanya.
"udah Raka bilang, Raka nggak mau sekamar sama Riki." ucap Raka.
"sementara aja nak." ucap mamanya. Seketika Raka langsung memukul tembok dengan tangannya, karena dia sedang kesal. Tembok yang dipukul Raka agak berlubang kecil. Setelah itu Raka langsung pergi ke kamarnya.
Keesokan harinya ketika Raka ingin ke dapur, Raka melewati ruangan yang kemarin temboknya dipukul olehnya yang agak berlubang kecil. Terdengar suara yang aneh dari dalam lubang tersebut. Karena penasarannya, akhirnya Raka membuat lubang tersebut semakin besar. Raka tidak perduli kalau dia dimarahi mamanya dan ka Rika.
"Raka, liat kunci mobil gua nggak..?" tanya ka Rika yang tiba-tiba muncul dari belakang Raka. Ka Rika nanya hal seperti itu ke Raka karena barang-barang ka Rika selalu dipinjam Raka tanpa sepengetahuan ka Rika.
"gua nggak tau." ucap Raka.
"ngapain lu..? Eh itu dia kunci mobil gua." ucap ka Rika sambil menunjuk kunci mobilnya yang terletak dilubang yang dibuat Raka tambah besar.
"ini i-podnya Riki. Ngapain lu hobbi banget ngambil dan ngumpetin barang-barang orang. Pengen jadi klepto." ucap ka Rika ketika mau mengambil kunci mobilnya di lubang tersebut dan melihat i-pod adik kesayangannya di lubang tersebut juga dan langsung menuduh Raka.
"ka..lihat i-pod Riki nggak..?" tanya Riki ke kakaknya.
"nih ki, diumpetin Raka." jawab ka Rika sambil memberi i-pod tersebut ke Riki.
"eh ka, itu semua bukan gua yang ngumpetin." ucap Raka yang berusa membela dirinya.
"kalo bukan lu siapa lagi..? Jelas-jelas gua lihat dengan mata kepala gua sendiri kalo barang ini ada sama lu. Udah deh, nggak usah ngelak lagi." ucap ka Rika.
"terserah deh ka apa mau lu. Pokoknya gua bukan klepto." bentak Raka ke kakaknya dan langsung pergi meninggalkan kakaknya dan saudara kembarnya.
Sore harinya, di halaman depan, ka Rika dan Riki sedang asik bermain bulu tangkis. Sementara itu, ketika Raka ingin kedapur lagi, dia mendengar suara di lubang tersebut lagi. Raka mendekati lubang tersebut. Dimasukan kepalanya ke lubang tersebut. Lubang tersebut sebenarnya tidak besar, namun dalamnya seperti bekas cerobong asap dan muat untuk badan seukuran Raka. Ketika Raka melihat ke arah atas, terdapat sebuah tangga. Dinaikinya tangga tersebut. Ternyata ada sebuah ruangan yang tak terduga, yang gelap dan penuh dengan debu, seperti tak terurus. Raka melihat-lihat seisi ruangan tersebut. Ruangan tersebut seperti bekas labolatorium. Ketika Raka menghampiri sebuah meja, dilihatnya ada sebuah buku dimeja tersebut. Buku itu disegel dan di depannya terdapat tulisan "jangan buka buku ini, atau jiwamu dan jiwa disekelilingmu terancam". Akhirnya Raka membawa pergi buku tersebut ke kamarnya. Dikamarnya Raka duduk ditempat tidurnya. Karena penasaran, Raka ingin tahu isi buku tersebut. Akhirnya Raka merobek segel tersebut, Raka tidak perduli dengan peringatan tersebut. Ketika segelnya robek, terdengar suara aneh yang memekakan telinga. Raka menutup telinganya, karena suaranya semakin besar dan lama-kelamaan menjadi kecil. Setelah suara itu redam, Raka membuka buku tersebut. Ketika buku tersebut dibuka, ada hembusan angin yang memberantakan seisi kamar Raka. Ka Rika dan Riki yang lagi asik bermain bulu tangkis terheran-heran dengan kejadian itu. Pertama mereka mendengar suara yang aneh sekali dan kedua mereka dihembus oleh angin yang sangat kencang sekali.
"ada apa sih ka..?" tanya Riki.
"kakak juga nggak tau. Kok aneh banget ya. Kakak jadi merinding nih. Mana mama sama papa lagi nggak ada di rumah lagi. Udah ah biarin aja." jelas ka Rika. Mama dan papa mereka memang tidak sedang dirumah. Mama mereka sedang bekerja, sedangkan papa mereka memang dari kemarin tidak ada, karena lagi tugas diluar kota.
"yauda yu main aja lagi." ajak Riki.
"ayodah." ucap ka Rika.
Sementara itu, ketika Raka membuka halaman pertama buku itu, lagi-lagi ada peringatan itu "jangan buka buku ini, atau jiwamu dan jiwa disekelilingmu terancam". Dilihatnya halaman berikut hingga selesai.
Jadi buku itu berisi tentang kehidupan sekelompok Harimau yang ingin menguasai dunia. Dibuku itu ditulis jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang cerita Harimau tersebut, cari sebuah tikus di labolatorium tersebut. Namun tikus itu mudah sekali marah. Jika tikus tersebut sudah marah, badannya akan membesar, maka diperintahkan untuk memberikan tikus tersebut sebuah keju, maka tikus itu akan mereda dari kemarahannya. Tiba-tiba pintu kamar Raka terbuka, lantas Raka langsung menyembunyikan buku tersebut di bawah bantalnya. Seorang laki-laki masuk ke kamar Raka.
"ngapain aja lu..? Daritadi gua sama ka Rika asik banget main bulu tangkis." tanya laki-laki tersebut yang ternyata adalah Riki.
"tidur-tiduran aja gua disini." ucap Raka datar tanpa ekspresi.
"kenapa kamar berantakan banget?" tanya Riki
"gua masuk udah berantakan." jawab Raka.
"ouh. Eh masa tadi ada kejadian aneh pas gua lagi main bulu tangkis." ucap Riki.
"apaan emangnya..?" tanya Raka sambil memainkan HPnya.
"ada suara aneh gitu sampe telinga gua sakit terus ada angin kenceng banget." jelas Riki.
"ah.. Gua nggak ngerasa apa-apa." ucap Raka gugup.
"masa sih..?" tanya Riki.
"bener dah." ucap Raka.
Keesokan harinya, semuanya lagi asik dengan aktivitasnya masing-masing. Dirumah hanya ada ka Rika, Riki dan Raka. Mama mereka kerja lagi dan papa mereka belum pulang dari luar kota. Dari kemarin mereka belum sekolah, karena sekarang lagi liburan semesteran. Raka masih penasaran dengan isi dari buku tersebut. Akhirnya Raka kembali keruangan kemarin melalui lubang itu lagi sambil membawa keju. Digesernya sebuah meja dan dilepasnya sebuah kalender. Lubang tersebut memang ditutup Raka dengan benda-benda tersebut agar seisi rumah tersebut tidak ada yang tahu tentang keberadaan labolatorium dan untuk mencegah omelan dari mamanya. Ketika sampai di labolatorium, Raka bingung harus mencari tikus itu darimana. Akhirnya Raka mempunyai ide. Dia menaruh sebatang keju diatas meja untuk memancing tikus tersebut dan langsung menyembunyikan dirinya dibalik sebuah lemari kaca yang sangat besar. Ternyata tikus tersebut benar-benar terpancing dan perlahan-lahan Raka mendekati tikus tersebut. "waaaaaaa......" jerit tikus tersebut karena kaget dengan kehadiran Raka dan tikus tersebut langsung bersembunyi dibalik sebuah botol.
"eh gua nggak akan ngapa-ngapain lu. Gua cuma mau nanya suatu hal." ucap Raka.
"darimana kamu tahu aku..?" tanya tikus tersebut.
"dari buku ini. Nama gua Raka. Nama lu siapa doris kan..?" ucap Raka sambil menunjukan buku itu dan memperkenalkan dirinya.
"ya, nama aku doris, terus kenapa kamu membuka buku itu. Di situ sudah diberi peringatan." omel tikus tersebut hingga badannya menjadi besar. Akhirnya Raka membeRikan keju ke tikus tersebut dan lama-kelamaan emosi tikus tersebut mereda dan badannya normal kembali.
"gua tau peringatan itu. Gua nggak perduli." ucap Raka. Tikus tersebut melemparkan sebuah kaca mata ke arah Raka.
"lihat keadaan diluar." ucap tikus itu. Raka melihat keadaan diluar dibalik sebuah jendela dengan memakai kaca mata tersebut. Betapa terkejutnya Raka. Segerombolan Hariamau yang ditulis dibuku tersebut sedang mengelilingi rumahnya.
"apaan tuh..?" tanya Raka.
"itu akibat dari kamu membuka buku tersebut. Makhluk itu dari ribuan tahun yang lalu mencari buku ini untuk memusnahkan semua manusia dimuka bumi ini dan mereka bisa menguasai dunia ini." jelas doris itu.
"terus apa yang harus gua lakukan..?" tanya Raka.
"kamu harus menjaga buku itu. Jangan sampai buku itu jatuh ketangan mereka." ucap doris itu.
Ketika lagi asik berbincang-bincang, terdengar suara teriakan seseorang meminta tolong.
"tolong-tolong." ucap orang itu yang ternyata adalah Riki. Kaki Riki seperti ada yang menarik, tetapi tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Ketika Raka menggunakan kaca mata pemberian doris, ternyata Riki sedang ditarik oleh salah satu Harimau itu. Raka langsung berlari mengejar Riki. Raka melihat Riki dikurung di hutan. Ketika ingin melepaskan kurungan Riki, ternyata Raka tak bisa karena banyak Harimau itu di sekitar Riki.
"hei..hei.. Tolong bukain kurungannya dong." ucap suara yang tak bisa didengar Raka dan sepertinya berasal dari kurungan disebelah Raka. Akhirnya Raka memakai kaca mata tersebut. Ketika Raka menoleh ke arah suara itu, wajah Raka malah diludahin oleh makhluk yang memanggil Raka itu. Dengan jijiknya Raka membersihkan wajahnya.
"siapa sih lu..?" tanya Raka sinis.
"nyantai dong. Lu nggak usah pake alat itu lagi. Sekarang lu bisa liat sesuka hati-lu." ucap makhluk itu yang mirip seperti babi.
"gua Raka, lu siapa..?" tanya Raka sambil memperkenalkan dirinya.
"gua piggu." ucap babi itu atau piggu.
"eh, gimana cara ngeluarin kembaran gua dari situ..?" tanya Raka.
"keluarin gua dulu. Gua bakal bantuin lu deh." bujuk piggu. Akhirnya Raka membukakan kurungan piggu.
"sekarang apa rencana lu..?" tanya Raka.
"gua juga dendam sama sekelompok Harimau itu. Semua anggota keluarga gua dibunuh mereka." jelas Piggu.
"gua gak butuh penjelasan lu. Yang gua mau bebasin saudara kembar gua." omel Raka.
"jadi sekarang gua mancing mereka, terus lu bebasin saudara lu." Jelas piggu.
"oke." Ucap Raka. Sebelum melakukan tindakannya, sekelompok Harimau tersebut mengintrogasi Riki.
"dimana bukunya?" tanya salah satu Harimau yang paling besar.
"gua gak tau apa yang lu tanya." ucap Riki yang gak tau lagi ngomong sama siapa karena Riki gak bisa ngeliat makhluk itu.
"lu salah ngambil. Mereka itu anak kembar. Buku itu dipegang sama kembarannya." ucap Harimau besar itu kepada temannya yang tadi menarik Riki.
"maaf, gua gak tau." Jawab Harimau yang menarik Riki.
"wleeee..........." tiba-tiba piggu meledek segerombolan Harimau itu. Segerombolan Harimau itu langsung mengejar piggu. Raka bersembunyi dahulu dibalik pohon besar. Ketika segerombolan Harimau itu sudah agak jauh, Raka langsung melepaskan Riki. Tanpa diketahui Raka, ternyata ada satu Harimau yang masih tinggal disitu untuk menjaga Riki. Setelah kurungan Riki terbuka, Riki dan Raka langsung kabur dan seketika Harimau tersebut mengejar mereka. Semau Harimau yang tadi mengejar piggu langsung melenceng mengejar anak kembar itu. Raka langsung melemparkan kaca mata pemberian doris ke Riki. Seketika Riki kaget melihat Harimau dan segerombolonnya sedang mengejarnya dan Raka.
"Riki, cepat lari." ucap Raka.
"jangan memperdulikan anak yang itu, kejar yang bawa buku." perintah Harimau yang paling besar.
"buang bukunya ka." perintah Riki.
"gak bisa ki. Udah lari aja." perintah Raka. Sedikit lagi jarak mereka ke rumah, tiba-tiba Riki tersandung batu, dan Riki jatuh. Salah satu Harimau menggigit kaki Riki. Raka yang sudah masuk ruang lingkup rumah yang sudah terjaga, segera melempar buku yang ada di genggamannya dan langsung menyelamatkan Riki. Akhirnya Riki terselamatkan.
"ka Rika awasss!" teriak Raka. Ka Rika yang tidak tahu apa-apa tetap santai saja. Padahal ka Rika lagi berada di luar lingkup rumah yang tidak aman. Seketika kaca mata yang tadi dipakai Riki, langsung dilempar ke ka Rika. Ka Rika langsung memakai kaca mata itu. Betapa kagetnya ka Rika. Ternyata dibelakangnya terdapat segerombolan Harimau yang mengejarnya. Ka Rika sesegera mungkin menghampiri Raka dan Riki. Ka Rika dan Raka langsung membawa Riki ke dalam rumah dan mengobatinya.
"ada apa sih ini?" tanya ka Rika sambil mengobati Riki.
"ehm..in..ini ka." ucap Raka agak gugup.
"yang jelas dong kalo ngomong." ucap ka Rika sejenak menatap Raka.
"jadi, kemaren gua ngambil buku ini, sebenarnya di buku ini sudah diberi peringatan, tapi gua tetap buka buku ini." jelas Raka.
"makanya kalo jadi orang jangan sok tau." omel ka Rika.
"udah ka." ucap Riki yang meredahkan suasana.
"bentar ka, gua panggil doris dulu." ucap Raka yang langsung pergi meninggalkan ka Rika dan Riki.
"hah doris? Siapa tuh?" tanya ka Rika.
"gak tau ka. Lihat aja entar." ucap Riki. Sesampainya memanggil doris, kaki Riki sudah selesai diperban.
"waaaaa....." teriak ka Rika ketika melihat doris, secara ka Rika takut banget sama yang namanya tikus.
"tenang ka. Dia gak akan ngapa-ngapain lu." jelas Raka.
"ini siapa?" tanya Riki.
"ini doris. Dia yang dari dulu menjaga buku ini." jelas Raka.
Keesokan harinya, mereka sudah siap dengan rencana mereka. Semalaman mereka telah menyusun strategi. Menurut buku itu, penjaga rumah mereka akan terbuka ketika bulan purnama. Bulan purnama jatuh pada malam nanti. Segala persiapan sudah disiapkan, mulai dari menyediakan tomat dan garam untuk membutakan mata dan membakar Harimau itu.
Malam tiba, mereka semua menunggu kedatangan Harimau itu. Ketika Harimau tersebut sudah memasuki kawasan rumah dan mendekati mereka, mereka langsung melemparkan tomat dan garam untuk memusnahkan Harimaunya. Seketika pasukan Harimau tersebut dipukul mundur oleh pemimpinnya.
Semalaman mereka selalu waspada. Penjaga rumah mereka masih terbuka. Karena strategi mereka yang kemarin gagal, mereka menyusun strategi baru. “Krekk..krekkk...” terdengar bunyi dari luar. Raka mengitip lewat jendela. Ternyata pasukan Harimau itu sudah memasuki lagi kawasan rumah mereka. Diambilnya sebuah tomat dan digenggamnya untuk sebagai senjata. Ketika Harimau mulai mendekati mereka, mereka segara melemparka senjata mereka. Sementara itu, Raka sibuk mencari jalan keluar untuk menyelamatkan buku itu. Raka terus berlari ke atap untuk menghindari pimpinan Harimau itu. Tetapi, pimpinan Harimau itu tetap mengejar Raka.Stelah sampai di atap rumah, Raka tidak tahu harRaka tidak tahu harus berbuat apa. Raka tersandung, lalu jatuh dan pimpinan Harimau itu tidak tinggal diam. Dia langsung menerkam Raka. Raka tetap menjaga buku itu.
"Mana bukunya?" bentak pimpinan Harimaunya. Raka tidak menjawab. Sementara harimau di dalam rumah sudah tewas semua. Itu semua dikarenkan ide gilanya Riki. Riki memasukan semua tomat dan garam di dalam oven. Ketika matang, oven itu meledak dan membakar semua Harimau yang ada di situ. Seketika, Riki dan ka Rika langsung keluar rumah.
"Raka, hati-hati!" teriak ka Rika dari bawah.
"mana bukunya?" bentak harimau itu lagi. Buku itu dijatuhkan ke bawah oleh Raka. Seketika pimpinan Harimau itu mengejar buku itu dengan merubah dirinya menjadi burung. Karena makanan favorite piggu burung, ketika pimpinan Harimau itu berubah dan menjadi burung, piggu yang sudah menunggu daritadi segera memangsa pimpinan Harimau itu. Buku itu tergeletak di bawah tanah.
Setelah membaca dalam-dalam buku itu, keesokan harinya buku itu dimusnahkan dengan cara membakarnya, tetapi buku itu harus sudah dilumuri garam dan tomat. Hubungan Raka dan ka Rika sekarang sudah membaik.

RENGGA


Teng..teng..
Bel tanda masuk belajar berbunyi, semua anak segera memasuki kelas masing-masing. Pagi ini, SMA BIANTARA, tepatnya kelas XI-3 kedatangan seorang murid baru yang cantik.
"semua harap tenang, hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan memperkenalkan diri." ucap Bu Sandra membuka topik pembicaraan.
"terimakasih bu. Halo semua. Nama saya Regina Alhasya, kalian bisa panggil saya Regi. Saya pindahan dari Yogyakarta." ucap Regi.
"sudah reg?" tanya Bu Sandra.
"sudah bu." jawab Regi.
"Bu, boleh nanya ga?" tanya salah satu murid lelaki, yaitu Adi.
"boleh, ada apa?" tanya Bu Sandra kembali.
"udah punya cowo belum reg?" tanya jahil Adi ke Regi.
"no HP-nya berapa?" sahut seorang murid laki-laki yang lain.
"sudah-sudah. Kalo mau nanya yang aneh-aneh nanti saja pada saat jam istirahat." ucap Bu Sandra.
"yah.." sahut semua murid laki-laki. Regi hanya tersenyum kecil saja.
"yauda, sekarang kamu silakan duduk di..." ucap Bu Sandra yang bingung sedang mencari tempat duduk. "di samping Rangga." sambung Bu Sandra.
"apa bu? Sama saya? Ini tempatnya Kevin bu!" tolak Rangga.
"sudah. Besok Kevin suruh cari tempat yang lain. Silakan duduk ke tempatmu, Regi." ucap Bu Sandra.
"wooo.." teriak semua siswa karena tidak bisa duduk dengan Regi. Regi langsung menghampiri Rangga dan duduk di sebelahnya.
"hai aku Regi." sapa Regi.
"udah tau!" ucap Rangga ketus. Rangga, sapa semua anak kepadanya, cowok yang satu ini menjadi idaman semua cewek di sekolahannya, cuma cowok ini selalu cuek dengan cewek. 'jutek banget si nih orang.' batin Regi.
"ayo semua keluarkan buku fisika kalian." perintah Bu Sandra yang akan memulai mengajar fisika.
"iya buu..." sahut semua anak dengan serentak.
"oh ya Regi, kalau kamu belum punya bukunya, kamu boleh lihat Rangga." ucap Bu Sandra.
"iya bu." ucap Regi.
"ya kita mulai pelajarannya." ucap Bu Sandra.
"boleh lihat ga?" tanya Regi. Rangga hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Regi serta buku Rangga tidak tergeser 1mm pun. 'pelit banget sih nih anak.' batin Regi.
"nih." ucap Adi yang berada di seberang mejanya dan sambil menawarkan buku fisika miliknya.
"oh makasih. Enggak usah ko." tolak Regi.
"nih liat aja." tawar Adi lagi.
"enggak usah ko. Makasih." ucap Regi sambil tersenyum kecil ke Adi.
"ADI DIAM..!" teriak Bu Sandra. Bu Sandra memulai pelajarannya kembali.
Teng..teng..
Bel istirahat berbunyi.
"toilet dimana ya?" tanya Regi ke Rangga. Rangga tidak menjawab sepatahkatapun dan langsung meninggalkan Regi. 'ih nge-BT-in banget sih nih orang.' ucap regi dalam hati.
"hai, kenalin nama aku Nanda, ini Nia, kalo yang ini Echa." ucap Nanda ke Regi sambil mengulurkan tangannya.
"hai juga. Aku Regi." ucap Regi sambil mengulurkan tangannya.
"kamu kenapa? Kok duduknya enggak bisa diam." tanya Nia.
"oh. Mau anterin aku ke toilet nggak? Aku kebelet pipis." tanya Regi.
"oh kamu kebelet. Ngomong atuh dari tadi. Ayo ke toilet." ucap Echa.
Teng..teng..
Jam pulang sekolah berbunyi, semua anak langsung pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan Regi. 
Dihari keduanya di sekolah baru, Regi terlambat.
Tok..tok..
"misi pak." ucap Regi.
"cepat duduk." ucap Pak Tono, guru Biologi. Regi bingung duduk dimana, tempat duduknya yang kemarin, sudah ditempati orang.
"kenapa kamu belum duduk?" tanya Pak Tono.
"itu pak..ehm.. Tempat saya sudah diduduki orang lain." jelas Regi.
"disini aja Reg." tawar Adi sambil mendorong teman semejanya supaya tidak duduk disampingnya.
"woo..." sorak semua anak.
"Kevin, kamu pindah ke belakang. Kamu duduk dengan Rangga." ucap Pak Tono.
"pak saya aja yang ke belakang." ucap Rangga yang langsung mengambil tasnya dan langsung duduk di belakang.
"yauda, kamu cepat duduk disana, disamping Kevin." ucap Pak Tono. Regi langsung bergegas.
Ketika sedang mengerjakan tugas dari Pak Tono, Regi dan Kevin sempat ngobrol.
"hei." ucap Kevin.
"eh.." ucap Regi yang baru sadar dari lamunannya.
"kenapa bengong? Bukannya dikerjain tugasnya. Emangnya lu ngeliatin apaan sih? Rangga?" ucap Kevin.
"hah? Gak! Siapa yang lagi ngeliatin tuh orang. Gua cuma heran aja. Lu bener-bener beda 360 derajat sama temen lu." jelas Regi.
"temen gua? Siapa? Rangga?" tanya Kevin.
"iya. Kemaren tuh dia bener-bener gak mau geser bukunya walaupun cuma 1mm doang. Sedangkan lu, lu mau berbagi dengan gua." jelas Regi.
"kita tuh harus berbagi. Lu gak usah kaget kali. Rangga itu emang dingin sama yang namanya cewek." jelas Kevin.
"kenapa bisa?" tanya Regi penasaran.
"gua juga gak tau lebih jelasnya. Gua juga heran. Padahal banyak banget cewek yang nge-fans bahkan sampe tergila-gila sama dia, tapi tetap aja Rangga dingin sama yang namanya cewek." jelas Kevin lagi.
"kalian berdua diam." bentak Pak Tono ke Regi dan Kevin yang daritadi asik banget ngobrolnya, bukanya ngerjain tugas. Suasanya pun menjadi sepi dan sunyi.
Teng..teng..
Bel pulang sekolah berbunyi.
"Rangga...." teriak Regi. Rangga tidak memperdulikan Regi.
Keesokan harinya, ketika Regi, Nia, Echa dan Nanda lagi ngumpul di kantin pada jam istirahat, Adi menghampiri mereka.
"hai reg." sapa Adi ke Regi. Regi hanya melempar senyum ke Adi.
"yang disapa Regi doang nih. Echa gak disapa." goda Nia.
"apasi ni." ucap Echa. Muka Adi dan Echa seketika memerah seperti kepiting bakar.
"emang ada apa si?" tanya Regi penasaran.
"kan Echa ...... " jelas Nanda yang tiba-tiba terpotong.
"NANDA!" ucap Echa.
"yauda, gua pergi dulu, takut ganggu kalian semua." ucap Adi yang langsung meninggalkan mereka berempat.
Teng..teng..
Bel pulang sekolah berbunyi.
"jadi gak?" tanya Rangga ke Regi. Hah? Baru kali ini Rangga membuka pembicaraannya dengan Regi.
"jadilah. Emangnya mau kapan lagi." jawab Regi jutek, secara kemaren Regi dicuekin mentah-mentah sama Rangga. Hari ini mereka ingin mengerjakan tugas B.Indonesia. Mereka? Regi dan Rangga sekarang satu kelompok untuk mengerjakan tugas itu. Ketika mengetahui bahwa mereka satu kelompok, tampang mereka langsung BT.
Keesokan hari, langit yang cerah tidak tampak menyelimuti wajah Regi. Kevin yang baru datang langsung menyapa Regi.
"hai reg." sapa Kevin.
"hai juga vin." sapa Regi kembali.
"lu kenapa sih reg? Di pagi yang cerah ini, muka lu malah mendung." tanya Kevin.
"gak ko vin." jawab Regi.
"ayolah cerita aja." tawar Kevin sambil duduk di sebelah Regi.
"okelah. Jadi kemaren waktu gua lagi nyalin hasil wawancara, gua sempet berantem sama Rangga. Karena gua sebel banget sama tuh orang, dengan refleks gua mukul kepalanya Rangga pake batu." jelas Regi.
"terus Rangga baik-baik aja kan?" tanya Kevin.
"apaan. Orang Rangga langsung pingsan. Terus gua bawa pulang tuh orang, untungnya di dompetnya ada alamat rumahnya." jelas Regi lagi.
"terus?" tanya Kevin lagi.
"waktu gua sampai rumahnya, lagi ada perang dunia keseratus antara nyokap dan bokapnya Rangga. Nyokap bokapnya Rangga langsung ngeliatin gua. Terus mereka ngeliat tanda lahir di  tangan gua. Terus nyokapnya Rangga ngajak gua ngobrol dan cerita sesuatu hal ke gua. " jelas Regi lagi.
"terus?" tanya Kevin.
"nyokapnya Rangga cerita kalo Rangga itu punya saudara kembar. Dari kecil mereka sudah berpisah. Mereka berpisah karena orang tuanya tersangkut masalah hutang piutang. Jadi, saudaranya Rangga terpaksa dijual untuk membayar semua hutangnya." jelas Regi.
"ouh gitu." ucap Kevin.
"belum selesai tau!" omel Regi.
"ouh belum. Terusannya apa?" tanya Kevin.
"waktu nyokapnya nanya nama gua, nyokapnya langsung kaget." jelas Regi lagi.
"ohh.." reaksi Kevin.
"lu tau kembarannya Rangga?" tanya Regi kembali.
"gak, emangnya siapa?" tanya Kevin penasaran.
"gua vin, gua." ucap Regi sambil meneteskan air mata di pipi lembutnya.
"hah?" ucap Kevin kaget.
"gua semaleman berantem sama nyokap bokap gua dirumah. Gua pengen tahu, gua itu bener anak kandungnya mereka atau bukan. Ternya bener vin, gua itu bukan anak kandungnya mereka." jelas Regi.
"yang sabar ya reg." ucap Kevin yang gak tega ngeliat Regi dan gak tau harus berbuat apa.
"Regi, maafin mama papa ya. Semaleman mama nangis terus mikirin lu reg." ucap Rangga yang tiba-tiba datang diantara Regi dan Kevin.
"gua udah maafin ko ga. Gua gak mau memperdebatkan masalah ini. Gua berterimakasih banget, karena kejadian kemaren gua jadi tahu siapa orang tua kandung gua." ucap Regi sambil menghapus air matanya.
"entar pulang sekolah lu kerumah gua ya, eh kerumah kita. Mama pengen ketemu sama lu." tawar Rangga.
"iya. Gua pengen ketemu nyokap asli gua." ucap Regi sambil melemparkan senyum manisnya ke Rangga.

FRIEND IN THE WALL


Aku baru pindah ke pemukiman yang padat. Ketika aku sedang berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan musik, tiba-tiba terdengar suara seseorang. Aku bingung darimana asal suara tersebut. Ku cari-cari asal suara itu. Ternyata dari balik kalender yang dipasang di tembok sebelah lemariku. Ku buka kalender tersebut. Betapa terkejutnya aku.
“waaaa........” teriakku. Aku kaget, ternyata di balik kalender itu terdapat seorang anak perempuan yang kusam.
“tenang, aku gak akan nyakitin kamu.” ucap anak itu.
“kenapa lu bisa dibalik tembok kamar gua?” tanyaku.
“daridulu aku memang sudah disini. Pemilik rumah yang dulu itu sahabat baikku. Namun sekarang dia pergi, pergi ninggalin aku.” jelas anak itu.
“Hah? Daridulu?” tanyaku heran.
“iya. Oh ya, namaku Yuni. Nama kamu siapa?” tanya anak itu atau Yuni.
“gua Rina. Kenapa lu gak keluar aja sih. Gak usah nongolin diri dari tembok.” omelku.
“Aku gak bisa keluar. Dari kecil aku udah dikurung di gudang ini. Katanya Ibu malu punya anak kaya aku.” jelas Yuni.
“malu kenapa? Lu gak kenapa-kenapa kan?” tanyaku penasaran.
“kamu gak liat ya. Tangan kiriku cacat. Kata Ibu, aku itu gak berguna.” Jelas Yuni lagi.
“gak bisa gitu dong. Bagaimanapun lu tetap anak dari orang tuaku. Gua akan bantuin lu supaya lolos dari situ.” ucapku.
“gak usah. Aku baik-baik aja kok disini.” tolak Yuni.
“gak bisa, ini namanya KDRT.” ucapku.
“sahabatku yang sebelumnya juga ngomong kaya gitu, tapi aku gak mau dikeluarin dari sini. Aku takut sam Ibu.” jelas Yuni.
“kenapa lu harus takut? Gua akan ngelindungi lu kok.” ucapku.
“aku mohon jangan. Kamu juga jangan kasih tahu yang lain kalau aku ada disini.” ucap Yuni. Tiba-tiba mamaku datang memanggilku untuk makan malam.
“rin, cepat makan.” ajak mamaku.
“iya ma bentar.” ucapku. “bentar ya, gua tinggal dulu.” ucapku ke Yuni. Yuni hanya bisa memperlihatkan senyum manisnya ke aku. Aku tidak makan bersama dengan yang lain, aku meminta izin ke mama dan papa untuk makan di kamar. Porsi makan yang ku ambil juga tidak seperti biasa. Aku sengaja melebihkan porsinya, aku khawatir takut Yuni belum makan.
“lu udah makan belum?” tanyaku.
“gak usah kok. Nanti juga Ibu nganterin makanan untuk aku.” jelas Yuni.
“Udah ini makan aja. Gua sengaja ngambil lebih banyak.” jelasku.
“gak usah. Makasih rin.” tolak Yuni.
“udah makan aja. Kalo gak gua marah deh.” paksaku.
“yauda deh.” ucap Yuni. Akhirnya aku dan Yuni makan sepiring berdua. Yuni menelan makanannya dengan lahap seperti tidak pernah makan satu tahun. Setelah selesai makan, aku mengembalikan piring ke tempat semulanya. Setelah itu aku kembali ngobrol dengan Yuni.
“kenapa lu bisa tahu ada orang disini?” tanyaku.
“tadi aku denger suara musik, terus aku ngintip, ternyata ada kamu. Aku kesepian banget waktu sahabatku pindah, karena cukup lama juga rumah ini gak ditempatin.” jelas Yuni.
“ohh. Lu berapa lama dikurung disini?” tanyaku.
“kayanya dari aku umur dua tahun deh. Enak ya punya orang tua kaya orang tua kamu.” ucap Yuni.
“eh sorry. Gua gak bermaksud nyinggung.” ucapku.
“gak kok.” ucap Yuni.
Hari demi hari aku berteman dengan Yuni. Sebenarnya aku kasihan dengan Yuni. Namun apa boleh buat. Yuni sendiri yang tidak ingin orang lain tahu. Akhirnya tanpa sepengetahuan Yuni, aku bercerita ke mama. Mama penasaran dengan ceritaku. Akhirnya mama mengecek keadaan di kamarku sendiri. Mama percaya yang aku ceritakan. Tanpa fikir panjang, mama langsung menelopon polisi. Gak lama kemudian polisi datang menggerebek rumah Yuni.Kedua orang tua Yuni ditangkap dengan bukti yang jelas.
“tolong jangan tahan saya pak.” mohopn Ibunya Yuni.
“ikut saya dulu.” Ucap pak polisi.
Ketika kedua orang tua Yuni ditangkap, sempat ada kekhawatiran di raut wajah Yuni. Akhirnya aku berhasil meyakinkan Yuni. Sekarang Yuni terbebas dari segala penyiksaan orang tuanya dan akhirnya Yuni diangkat sebagai anak angkat oleh orang tuaku. Aku senang sekali, karena anggota keluargaku bertambah satu. Memang hidup ini tidak selalu enak, pasti ada perjuangan untuk mencapai yang kita inginkan.

_TAMAT_