Embun pagi membasahi jendela kamarnya. Lama ku berdiri diluar. Sahabat terbaikku, seperti lenyap begitu saja dari kehidupanku. Padahal dia masih ada, nyata, riil. Semenjak kejadian itu, kejadian yang membuatnya begitu terpuruk, yang membuatnya hancur, sikapnya menjadi berubah. Mungkin memang takdirnya untuk mengalami kejadian itu, kejadian yang mungkin sangat sulit untuk dilupakannya. Aku tidak tau harus berbuat apa.
"udahan larinya bith?"
"udah ma.." aku duduk dimeja makan untuk breakfast ditemani mama.
"kamu kenapa, kok tampangnya kusut? Harusnya segar dong, kan habis olahraga."
"hmm, tadi bitha dari rumah tere ma.."
"gimana keadaan tere bith?"
"bitha ga tau ma, bitha cuma ngeliat dari luar kamarnya tere.."
"kenapa ga masuk"
"bitha ga kuat ngeliat keadaan tere, bitha pengen bantu, tapi bitha bingung ma.." kubendung air mata di kelopak mataku.
"kamu hibur aja dia. Tere sekarang lagi butuh seseorang, seseorang yg bisa membuatnya seperti dulu lagi, seseorang yang bisa mesupportnya agar bangun dari keterpurukannya."
"andai kejadian itu ga terjadi, pasti tere gak akan kaya gini, pasti tere tetep jadi anak yg ceria, senyumnya yg manis pasti dipamerkan ma.." bendungan air mataku sepertinya ingin meluap, aku sudah tidak bisa menahan lagi air mata.
))))))((((((
26 Desember 2010
Pagi hari, pesawat Nusantara air boing SMPN2 tujuan Sulawesi Barat telah dikabarkan hilang dari pantauan, dua jam kemudian dikabarkan pesawat tersebut telah jatuh di perairan laut jawa.
Begitu berita pagi hangat diperbincangkan di layar kaca. Di kantin, aku dan tere yang lagi asik bercanda, namun keadaan menjadi berbalik ketika kabar itu sudah sampai di telinga kami. Tere langsung histeris. Seluruh tubuhku lemas, tak berdaya. Pesawat itu, pesawat yang mengantarkan mama dan papanya tere ke kampungnya, jatuh di perairan jawa. Betapa shocknya tere.
"sekarang lo dimana ka.." ucap tere dengan suara yang terbata-bata.
"iya re, sekarang kakak lagi diperjalanan ke bandara.." suara disebrang
"oke ka, tere nyusul.."
klik....
Ditutupnya blackberry pink kesayangannya.
"re, mau kemana.." aku langsung mengejar tere yang lari dari hadapanku.
"gua mau ke bandara.."
"gua ikut.."
"udahlah ga usah bith.."
"pokoknya gua ikut"
"yaudadeh terserah lu"
Tubuhnya yang ideal jatuh lemas tak berdaya, ketika tercantum nama mama dan papanya di data korban tewas. Ka Kevin, kakak satu-satunya tere, hanya bisa diam seribu bahasa melihat data itu.
))))))((((((
Dua minggu sudah berlalu semenjak kejadian itu. Sekarang, keadaan tere sama saja seperti hari-hari kemarin setelah kejadian itu. Seperti biasa, sebelum beranjak ke sekolah, ku sempatkan dulu melihat keadaan tere. Kebetulan rumah tere gak terlalu jauh dari rumahku.
"ayo re sarapan dulu, nanti lo sakit.." tere hanya diam seribu kata. "hmm okedeh, lu mau nitip apa? Biar nanti gua beliin pulang sekolah re.." lagi-lagi hanya tatapan kosong yang diperlihatkannya.
"udahlah bith, nanti lu telat. Tere udah ada yang jagain kok." suara ka kevin yang datang dari belakangku.
"hmm tapi ka.."
"udahlah ga usah cemas.."
"yauda ka, bitha pergi dulu.."
"gua anterin yu.. Sekalian gua mau ke kampus.."
"kakak udah mau kuliah?"
"iya, gua cape dirumah mulu, lagian juga nanti pelajaran gua jadi terlantar, gua pengen bangkit bith.."
"hmm bagus deh kalo kakak udah bisa bangkit, biar bisa kasih contoh ke tere.."
"thanks ya bith supportnya.."
"sama-sama ka.."
"jadi bareng ga nih.."
"hmm terserah kakak aja.."
"yauda, re kakak kuliah dulu ya.." diusapnya dengan lembut rambut adiknya yang terurai panjang.
"re, gua jalan ya.. Kalo ada apa-apa lo tinggal SMS kalo ga telfon gua.. dah tere.."
"thanks ya ka.."
"sama-sama"
Dengan langkah gontai, perlahan-lahan ku menuju kelas. Betapa tak semangatnya aku hari ini. Tere, sahabatku yang biasanya selalu ada disampingku, sekarang hanya bisa meratapi kesedihan didalam kamarnya.
"bith..bith...." panggil seseorang dari belakangku.
"eh elu van"
"kenapa lu, pagi-pagi dah kaya gini, gimana kalo siang, udah kelepek-lepek kaya ikan mujaer kali.." ledek even, sang ketua kelas.
"sialan lo.."
"eh gimana kabar tere"
"gua kaya gini tuh lagi mikirin tere.."
"emang tere kenapa"
"hmm gitu dah"
"gitu apanya"
"ya ga ada perkembangan"
"hmm gitu ya. Mau ga pulang sekolah lu anterin gua ngejenguk tere"
"yaelah kaga pake anterin lu, gua juga kerumah tere tiap hari van"
"yaa kan gua kaga tau"
"hai re, liat nih gua bawa siapa" sapaku.
"hai re.." sapa evan. Lagi-lagi senyum manisnya tak diperlihatkan. Kurang lebih dua jam aku dan evan menghibur tere, namun nihil hasilnya.
Keesokan harinya pada jam istirahat sekolah, aku diajak evan kesebuah taman.
"bith gua mau ngomong sesuatu ke lu." wajah serius ditampilkannya.
"ngomong opo?"
"hmm gini bith"
"udalah to the point aja. Laper nih gua."
"to the point nih?"
"iyeee......."
"sebernernya gua udah lama mendem perasaan ini bith.."
"hah? Gak salah. Jadi lo suka sama gua?"
"nyeh nih orang. Siapa lagi yg suka sama lo."
"nah tadi."
"MAKANYA DENGERIN DULU KALO ORANG LAGI NGOMONG"
"iya dah maap, terusin dah.."
"hmm gua tuh uda lama suka sama tere bith"
"masa?"
"gua serius nih bith."
"nah emang siapa yang lagi bercanda bang. Terus kenapa lu gak tembak tere?"
"sebenernya gua uda mau nembak bith, tapi waktunya ga tepat."
"usaha dund"
"bantuin gua ya, please.."
"bantuin gimana, kan lu tau keadaan tere"
"tau bith, makanya.."
"opo?"
"besok kan libur tuh lima hari.."
"uda tau.."
"nyeh nih anak, lu ijinin ke kerabatnya tere ya."
"buat apa?"
"gua mau nyembuhin tere, gua pengen ngebuat tere balik kaya dulu, gua pengen bawa tere ke kampung gua bith.. Ayolah bith, please.."
"ga janji van"
"ayolah bith, please banget. Lu juga pengen ngeliat tere kaya dulu lagi kan. Gua janji, ga akan ngapa-ngapain tere."
"ya kalo tere ngapa-ngapa, lu yang gua kemplang.."
"please ya.."
"liat entar"
Pagi yang cerah menyelimuti hatiku dan ka kevin. Akhirnya ada harapan tere untuk sembuh, sembuh dari keterpurukannya. Aku dan ka kevin berharap tere bisa bangkit, menjalani hidup yang baru, hidup tanpa kedua orang tuanya.
"gua titip adik gua ya van.."
"siplah ka"
"awas lu kalo tere ngapa-ngapa"
"iya mba bitha, iya...."
"jangan panggil gua mba"
"yauda deh, gua jalan ya bith, saya jalan ya ka.."
"hati-hati ya van, jagain tere"
"oke ka"
Tiga hari sudah berlalu semenjak kepergian tere dan evan. Minggu pagi, evan janji hari ini dia sama tere balik kesini dengan selamat. Kurang lebih tiga jam aku dan ka kevin menunggu, namun nihil hasilnya. Ga ada tanda-tanda kepulangan mereka. Sudah ku SMS dan telfon evan, namun tak ada satupun yang diperdulikan olehnya. Satu jam kemudian, honda jazz hitam memarkirkan dirinya di rumah tere.
"van, lo kemana aja, gua SMS telfon ga ada jawaban, mana tere"
"sorry dah, tadi macet, terus hp gua low"
"yauda mana tere"
"sabar dong"
"eh uda dateng"
"eh iya ka"
pintu belakang mobil terbuka, mengeluarkan seorang gadis manis dengan senyumnya yang cerah.
"tere" kuberlari ke arah tere.
"hai bith hai ka" sapanya.
"lo udah....."
"ya, udah udah mau bangkit perlahan-lahan kok bith"
"van, temen gua lo apain"
"nyeh ni orang, temenya sembuh bukannya disyukurin"
"gua ga diapa-apain kok bith sama evan"
"thanks ya van atas bantuan lo, harapan gua bisa terwujud, mengembalikan adik gua seperti dulu"
"sama-sama ka, lagi saya ga mau ngeliat tere sedih mulu"
"iya ka, tere mau bangkit, tere ga mau terpuruk karena kejadian itu, masa depan tere masih panjang."
"syukurlah re"
"gua nyadar bith, walaupun ortu gua uda ga ada, tapi gua masih punya kalian semua. Pasti segala sesuatu yang kita punya akan hilang, tapi entah kapan, kita ga akan tau tepatnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong hanya untuk hal-hal yang penting